Senin, 09 Mei 2016

TUGAS STUDI EKSKURSI

ANALISIS BANGUNAN "SINHEUNGSA GRAND BRONZE STATUE OF BUDHA MOUNT SEORAKSAN,SEOUL KOREA"


PENDAHULUAN 
     Seoul, ibukota negara Korea Selatan, dahulu kala sama halnya dengan kota-kota besar di Indonesia, memiliki banyak permasalahan perkotaan yang kompleks. Kota yang semrawut, kawasan kumuh, sungai yang kotor dan sebagainya. Namun kini, Seoul patut berbangga karena telah menjadi salah satu kota yang indah dan tertata dengan baik dan memiliki beberapa tempat ikon budaya. Tulisan ini mengulas singkat mengenai salah satu tempat wisata sekaligus menjadi ikon budaya bangunan kota Seoul. Adalah "Kuil Patung Budha Sinheungsa yang terletak di kawasan gunung Seorak" yang menjadi salah satu ikon dan kebanggan kota Seoul saat ini.


DATA & TEORI

 Sumber : Dokumentasi Pribadi
   
 Patung Budha Sinheungsa terletak di Gunung Seorak National Park, dan banyak wisatawan hiking Seoraksan hingga Ulsanbawi (puncak) lewat Bait di jalan. Candi-candi lain dengan nama Sinheungsa terletak di Seoul, Samcheok dan Icheon.

 Sumber : Dokumentasi Pribadi

   Kuil Zen (Seon) kuno ini pertama kali dibangun oleh Jajang 653, pertama disebut Hyangseongsa (Kuil Zen Buddhisme), atau dalam 637 setelah kembali dari Tang Cina. Itu terbakar habis tahun 699, dibangun kembali pada 710, terbakar lagi pada tahun 1645 dan di   bangun pada tahun 1648 di lokasi sekarang oleh Uisang. Pura ini diyakini menjadi Kuil Zen (Seon) tertua di dunia.


https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/8e/Korea-Sinheungsa-Bronze_Buddha_2234a-07.jpg
      Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Sinheungsa
 Sang Buddha penyatuan besar, 14,6-meter/48-kaki, 108 ton emas-perunggu patung Buddha, disebut "Tongil Daebul", duduk di atas sebuah alas 4.3-meter/15-kaki tinggi, dari bahan yang sama, membuat total tinggi 18.9 meter/62 kaki, tidak termasuk penangkal petir dan nimbus.

   Atas tumpuan bunga teratai diapit dengan 16 halus terukir panel dan dahi dari Tongil Daebul dihiasi dengan delapan 8-sentimeter/3-inci batu amber, dengan selembar jade di pusat yang 10-sentimeter/4-inch diameter.

    Tongil Daebul duduk dengan kaki disilangkan dan mata setengah-tertutup di meditasi, bibirnya menampilkan senyum mencolok. Jubah mengalir dengan lembut lipatan, mengungkapkan bahu kanan, tirai tubuh kuat Buddha. Tangan Tongil Daebul diposisikan di mudra melambangkan yang "tercerahkan satu."

   Terdapat patung berongga adalah tiga potong Buddha sari, sisa dikumpulkan setelah kremasi nya, disumbangkan oleh pemerintah Myanmar, dan Tipitaka, kitab-kitab Buddha asli. 

Biaya Proyek untuk membangun patung Buddha ini sebesar 3,8 miliar won ($4,1 juta), melalui kontribusi untuk lebih dari satu dekade dari lebih dari 300.000 sumbangan kecil dari anonim donor mengunjungi Candi. Patung ini mewakili keinginan rakyat Korea untuk sebuah penyatuan negara tersebut.




ANALISIS

 Sumber : Dokumentasi Pribadi
  
Pada reling tangga masuk sebuah kuil terdapat sebuah Relief kepala seekor naga berukuran kurang lebih sekitar 1m yang membuatnya menjadi detail arsitektur tersendiri pada kuil budha Shinheungsa ini. 


 https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/90/Korea-Sinheungsa-Deva_Kings-01.jpg/800px-Korea-Sinheungsa-Deva_Kings-01.jpg
 Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/File:Korea-Sinheungsa-Deva_Kings-01.jpg

 Di dalam gerbang pintu masuk menuju kuil terdapat patung-patung dewa budha pelindung sebagai bentuk kehormatan yang tingginya kurang lebih sekitar 3m.

 Sumber : Dokumentasi Pribadi

Di Area sekitar kuil juga banyak terdapat patung maupun sculpture yang menjadi penghias sekitar kuil
 
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/85/Korea-Sinheungsa-Hyeonsugyo-01.jpg/800px-Korea-Sinheungsa-Hyeonsugyo-01.jpg 
Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/File:Korea-Sinheungsa-Hyeonsugyo-01.jpg
  
Jembatan penghubung Hyeonsugyo berukuran kurang lebih panjangnya sekitar 6m dan tinggi sekitar 3,5m di rancang sedemikian rupa dengan banyak terdapat relief  langgam arsitektur
budha yang dibawahnya dialiri sungai kecil .Sebagian Besar detail arsitektur pada bangunan sekitar kuil tidak berwarna.




KESIMPULAN
   Mengunjungi "Sinheungsa Grand Bronze Statue of Budha" di Gunung Seoraksan meninggalkan endapan pemikiran, apakah bangunan seperti ini bisa dilaksanakan di Indonesia. Teringat perkataan seorang kolega yang berasal dari negara maju di belahan bumi bagian barat sana, “Janganlah memandang Kuil Budha Shinheungsa ini sebagai sesuatu bangunan yang spektakuler. Ini adalah hal yang biasa”. Hal yang biasa. Ya mungkin bagi mereka yang berasal dari negara maju dengan pembangunan yang telah berhasil dan tertata rapi, dengan supremasi hukum yang kokoh dan ketaatan hukum yang tinggi. Bagi negara-negara berkembang,  proyek ini bisa dikatakan luar biasa. Bagaimana tidak, butuh visi ke depan yang memandang dan mengenali bagian permasalahan ikon wisata sekaligus budaya apa yang segera harus ditangani. Lalu diwujudkan dalam bentuk bangunan fisik yang akan membawa perubahan penting bagi daerah yang bersangkutan. Butuh keberanian dan kemauan keras untuk mewujudkan hal tersebut. Demonstrasi dan penolakan masyarakat adalah hal yang harus dihadapi pemerintah kota Seoul hingga membutuhkan lebih dari 500 kali rapat bersama masyarakat dalam upaya mendapat dukungan masyarakat dan hal ini bukanlah sesuatu yang mudah. Apakah di Indonesia, hal ini bisa dilaksanakan. Tentu bisa bila ada visi, kemauan, keberanian dan pengerahan sumberdaya serta konsolidasi semua stakeholder dan pemerintah dalam mewujudkan kegiatan yang dilaksanakan demi kebaikan semua.



DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Seorak 
https://en.wikipedia.org/wiki/Sinheungsa


Selasa, 19 Januari 2016

TUGAS HUKUM DAN PRANATA PEMBANGUNAN


Kesimpulan Persentasi Kelompok

   Studi Kasus Rumah Sakit bertaraf Internasional RS. Siloam dibangun untuk keperluan jasa komersial, merupakan kawasan pesisir di daerah Hative Kecil di Kota Ambon, yang merupakan kawasan dengan memeliki beberapa vegetasi pantai seperti mangrove, ketapang pantai dan bintanggur yang kemudian di timbun dan di reklamasi pantainya merupakan daerah pembangunan RS. Siloam. Lahan tersebut dipilih oleh pengembang karena proses perijinan lebih mudah dan daerahnya strategis sebagai kawasan Rumah sakit .

    Sesuai dengan "Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993" Tentang Analisis Dampak Lingkungan, setiap Rumah Sakit terkena wajib AMDAL apabila Rumah Sakit tersebut mencakup  kapasitas lebih dari 400 tempat tidur. Dengan demikian RS. Siloam yang rencana pembangunannya 6 lantai dan tempat tidurnya lebih dari 400 maka RS. Siloam terkena wajib AMDAL.

    Metode yang digunakan dalam identifikasi Dampak Analisis Lingkungan dari RS.Siloam ini  adalah matriks dan diagram air. Penetapan kedua metode tersebut dianggap sesuai dengan objek studi, karena sifatnya yang saling menunjang dan komprehensif.


Untuk prakiraan dampak dasar dan penting menggunakan metode formal dan informal. Pada metode formal dengan penghitungan matematis, sedangkan metode informal dengan pendekatan “profesional judgement”.


    Evaluasi Dampak Besar Dan Penting Setelah diketahui hubungan sebab akibat antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan, selanjutnya akan dievakuasi besaran serta tingkat kepentingan dampaknya secara holistis atas komponen lingkungan yang diperkirakan mengalami perubahan yang mendasar akibat rencana kegiatan pembangunan perumahan, baik matematis maupun profesional judgement.